Selasa, September 30, 2008

Karena saat kita nonton pertunjukan musik, kita tidak hanya melihat si pemusik saja tapi juga mendengarkan suara yang dihasilkan oleh system tata suaranya. Memang tidak dipungkiri lagi bahwa sisi ini memang sangat menarik untuk dibahas, setidaknya bagi anda yang penasaran dengan system audio profesional.

Prinsip Dasar

Sound reinfocement adalah sederetan peralatan yang ditata sedemikia rupa untuk penguatan suara atau musik untuk didengarkan oleh banyak orang. Prinsip dasarnya selalu sama. Mulai dari system yang sederhana samapi yang paling rumit seperti :

1. Suara ditangkap oleh microphone dari sumbernya.

2. Microphone merubah suara tadi menjadi signal listrik dan mengiimnya melalui kabel menuju mixer.

3. Mixer menerima signal suara dan musik tadi melalui setiap kanalnya kemudian me-mix (mencampur dan menseimbangkan) untuk dikirimkan lagi melalui kabel ke rampaian power amplifier.

4. Power amplifier merubah signal menjadi energi listrik dan mengirimkannya ke loudspeaker

5. Loudspeaker merubah energi listrik menjadi gerakan mekanis dari konus speaker yang kmudian mnggetarkan udara dan menjadi suara.

6. Audiens mendengarkan suara tersebut.

Ini juga berlaku untuk system audio rumah, tape deck atau CD player sebagai sumber suara, dan pre amp (dalam system live digantikan mixer), umumnya terdapat dalam satu badan dengan power amplifiernya (integrated amlifier).

Dalam system sederhana, power amplifier kadang terdapat dalam satu kemasan dengan mixer yang disebut powe mixer, atau juga power amplifier yang tercakup dalam kotak speaker yang lebih kita kenal dengan speaker aktif. Namun betapapun besar dan rumitnya sebuah system, tetap akan berada pada prinsip diatas tadi seperti yang terlihat pada gambar A.

Dalam system yang lebih besar akan terdapat beberapa peralatan tambahan yang tentu saja akan terdapat banyak pengaturan. Pada gambar B, terlihat system yang lebih kompleks. Dan ini adalah yang biasa diterapkan bagi kafe, pub, bar, atau club yang menampilkan musik live dan ber-area tidak terlalu luas.

Dala system ini ada beberapa prinsip lagi yang sebaiknya diperhatikan seperti :

1. Posisi mixing console sbaiknya berada pada posisi pendengar, agar apa yang didengar oleh penata suara adalah apa yang didengar oleh audiens. Denga kata lain mixer tidak berada di samping atau di belakang panggung.

2. Semua microphone dan alat musik dikirim ke mixer melalui kabel snake.

3. Mixer atau mixing console pada system ini lebih lengkap dari system yang sederhana sebelumnya, karena memiliki lebih banyak pengaturan walaupun dengan prinsip kerja yang sama. Hanya saja dilengkapi fasilitas seperti equalizer yang semi parameric, dengan 3 band (low, mid, hi) atau 4 band (low, lo-mid, hi-mid, hi). Terdapat juga auxiliary send yang difungsikan untuk mengirim signal ke system monitor dan/ ke effect system. Pada auxiliary terdapat switch untuk aux pre/post. Auxiliary pre adalah untuk menirim signal yang terlepas dari pengaruh fader dan eq kanal yang biasa digunakan untuk mengirim signal ke monitor, sedang auxiliary post adalah sebaliknya yakni mengirim signal yang dikirim mengikuti pengaruh dari fader dan equalizer dari kanal dan biasa untuk mengirim signal ke perangkat effect.

4. Signal keluaran dari mixer dikirim ke crossover melewati equalizer. Pada equalizer inilah penata suara melakukan pen-settingan untuk mengatasi kendala akustik ruang, feedback atau kendala lainnya yang mengganggu.

5. Crossover berfungsi untuk memilah frekuensi yang akan dikirim ke power amplifier untuk menggerakkan loudspeaker dengan tnggapan frekuensi tertentu. Karena system speaker utamanaya tidak jarang yang terpisah antara speaker untuk menghandle frekuensi rendah (sub woofer) dan speaker untuk full range (gambar C)

Tipical system untuk Touring

Berikutnya adalah system untuk touring yang lebih besar dan kompleks. Seperti yang dipergunakan untuk konser-konser besar dengan area yang lebih luas. Pada system ini peralatan yang digunakan sangat banyak, dan selalu dngan crossover aktif yang tidak jarang juga digantikan oleh controller digital yang didalamnya telah terdapat crossover, limiter, parametric eq, dll. Juga selalu menggunakan mixer monitor yang sama sekali terpisah dari mixer utama, lebih difungsikan untuk mengirim signal ke rangkaian effect yang tidak sedikit jumlahnya.

Namun seberapapun rumitnya prinsip touring ini, tetap tidak terlalu jauh berbeda dengan prinsip tata suara sebelumnya sehingga tidak terlalu sulit juga untuk dipahami. Hanya saja pada system ini terdapat beberapa lagi penjlasan tambahan seperti :

1. Mixer selalulebih besar dan mempunyai fasilitas yang lebih lengkap, paling sedikit terdiri dari 24 kanal atau bahkan sampai 40. dan bukan tidak mungkin menggunakan lebih dari 1 mixer. Ini sering terjadi bila yang tampil lebih dari 1 grup musik yang settingan kanalnya tidak ingin terganggu oleh setting kelompok lain yang kebetulan tampil satu panggung.

2. System monitor dioperasikan oleh monitor engineer dengan menggunakan mixer monitor sendiri dan terlepas sama sekali dari mixer utama.

3. Dalam rack peralatannya terdapat paling sedikit 2 buah EQ mono atau sebuah dual EQ (karena selalu main dalam stereo), kemudian beberapa compressor, limiter, noise gate, aural exciter, multiple delay, reverb, dll. Sekian banyak peralatan tersebut difungsikan untuk menghasilkan suara yang diinginkan dan meredam suara-suara yang tidak diinginkan.

4. Mixer untuk system monitor panggung terdiri dari 6 output kadang bahkan sampai 16 output, dan mengirim signal tadi secara tepisah ke masing-masing monitor untuk si pemusik atau penyanyi seperti yang mereka inginkan.

5. Dibutuhkan sangat banyak kabel, power amlifier dan daya listrik yang sangat besar untuk menggerakkan sekian banyak loudspeaker yang mungkin saja main dalam 3way, 4way atau bahkan sampai 5way.

Seperti yang telah dilihat bersama, banyak persamaan dari mulai system yang paling sederhana samapi system yang paling rumit sekalipun, hanya rack peralatannya saja yang mengalami perbedaan, namun tetap saja dalam prinsip yang sama. Mixer tetap saja sama apakah 4kanal atau 40kanal.  

Minggu, September 21, 2008

Anda tentu nya sering mendengar ungkapan “penyanyi kamar mandi” kan? Ungkapan ini ada karena banyak orang yang senang bernyanyi sewaktu mandi. Lalu, kenapa orang senang bernyanyi di kamar mandi? Jawaban nya adalah: di kamar mandi suara kita akan bergema, sehingga terdengar lebih bagus. Gema inilah yang dalam bidang audio engineering kita sebut dengan reverb. Jangan dicampur dengan echo lho, karena itu adalah hal lain. Terkadang sewaktu karaoke orang bilang, “minta echo nya tambah donk!”. Maksud nya adalah reverb nya yang ditambah.

Reverb: adalah suatu efek yang terjadi karena suara yang dipantulkan di dalam satu ruangan. Jadi kita tak akan mendengar ada nya reverb di ruangan terbuka seperti misalnya lapangan bola.

Tiap ruangan memiliki karakteristik reverb yang berbeda, yang mana ditentukan oleh beberapa faktor spt:
Bahan dan bentuk dari dinding ruangan
Luas nya ruangan
Banyak nya material / benda di dalam ruangan tersebut

Kembali ke contoh kamar mandi. Coba anda bernyanyi, atau menepuk tangan anda di kamar mandi, lalu bandingkan dengan misalnya di kamar tidur anda. Suara Reverb nya beda kan? Mungkin di kamar tidur anda, anda tak menyadari ada nya reverb, atau ada reverb yang sedikit sekali. Kenapa bisa begitu?

Setelah kita perhatikan 3 faktor diatas. Ternyata inilah yang menyebabkan perbedaan antara karakter reverb yang ada di kamar mandi, dengan reverb yang ada di kamar tidur anda. Dari contoh kita di atas, faktor yang paling menentukan adalah:
Kamar mandi dinding nya biasa nya terbuat dari tembok dan kaca, lantai nya juga dari keramik atau marmer. Material2 ini tidak menyerap suara.
Kamar tidur biasa nya di tengah nya ada sebuah ranjang besar yang menyerap suara. Belum lagi mungkin ada tirai, karpet, pakaian yang digantung, dll
Perbedaan ini saja sudah cukup untuk menjadikan kedua ruangan tersebut memiliki karakter reverb yang sangat berbeda.

Di bidang audio engineering, kita menggunakan berbagai parameter di efek unit reverb kita untuk men simulasi kan reverb yang terjadi di alam. Apabila anda perhatikan efek unit atau plug in reverb anda, maka akan didapati beberapa parameter seperti pre delay, early reflection, RT 60 / reverb time 60 dB, Diffusion, High Cut / Low Cut, dsb. Di bawah ini adalah keterangan singkat dari tiap2 parameter yang ada.

Pre Delay: Pantulan pertama yang kembali dari pantulan dinding yang terdekat. Otak manusia mempersepsikan reverb ketika jarak pre delay adalah kurang dari 100 ms. Apabila lebih dari itu, maka dibilang adalah echo.

Early Reflection: Beberapa pantulan pertama yang terjadi sebelum reverb yang sesungguh nya datang. Beberapa pantulan pertama ini lah yang mempersepsi kan bentuk ruangan serta luasnya ruangan tersebut.

Hi-Cut: Utk meng-cut high frequency nya dari reverb. Karena apabila suara dipantulkan, maka dia akan kehilangan sebagian dari high frequency nya. Selain itu high frequency sangat mudah untuk di absorb oleh material spt karpet atau pakaian. Jadi, ini lah yang dicoba untuk di simulasi oleh reverb unit dengan mengatur parameter Hi- Cut.

Diffusion: Setting yang mengatur kejelasan nya dari sebuah reverb

RT 60: Panjang nya waktu sebelum reverb berkurang sebanyak 60 dB. Sering disebut juga sebagai Reverb Time, atau Sustain, Decay, dll

Tiga jenis Reverb utama yang paling sering digunakan adalah:
Plate
Room
Hall

Ketika mixing reverb biasanya digunakan sebagai efek send. Alasan nya adalah: apabila digunakan dalam posisi insert, maka anda harus memasang sebuah unit pada setiap channel yang membutuhkan reverb. Sedangkan dalam posisi send, reverb cukup di insert pada aux channel / effect channel. Selanjutnya anda tinggal membuka aux bus dari channel yang ingin diberi efek. Selain menghemat CPU, dengan hanya menggunakan satu atau dua buah unit saja, maka hasil mixing anda akan terdengar lebih menyatu karena karakteristik reverb nya sama.

Ketika Reverb digunakan sebagai efek send (aux), maka harus diingat settingan mix adalah Wet 100 % dan Dry 0 %. Pada auxiliary channel kita hanya ingin mendapatkan Sound Reverb nya ( wet ). Sound asli nya ( dry ) berada pada track channel nya.

Untuk pemula, dapat juga menggunakan preset yang tersedia. Untuk aman nya gunakan Reverb Time antara 1.5 sampai 2.5 second.

Sabtu, September 20, 2008

Onedisc sound

Compressor adalah sebuah alat yang termasuk dalam kategori “gain based”. Sewaktu kita menyetel parameter2 yang terdapat pada sebuah unit compressor, digunakan satuan dalam dB. Compressor berguna utk membuat signal lebih rata atau stabil. Tidak terlalu naik turun.

Dahulu sewaktu rekaman banyak dilakukan di pita analog, ketika seorang Sound Engineer merekam material yang memiliki perubahan dinamika tinggi, maka dia akan menurunkan volume sehingga bagian yang  berdinamika kuat tak akan mengakibatkan distorsi. Masalahnya, ketika volume diturunkan, maka bagian yang lembut berada dekat pada noise floor, jadinya tak terdengar jelas karena tertutup oleh suara seperti “shhhhhh”. Dengan menggunakan compressor, maka Sound Engineer dapat men-stabilkan materi sehingga volume keseluruhan dapat diangkat dan mengurangi tape noise.

Contoh lain nya adalah penggunaan compressor pada vocal. Mari kita bayangkan apabila kita mixing sebuah lagu yang hanya terdiri dari vocal, sedangkan musiknya berasal dari keyboard atau organ tunggal. Kita mengetahui bahwa musik organ tunggal memiliki dinamika yg konstan, sehingga akan menjadi masalah apabila vocal nya memiliki dinamika yang lebar.

Misalnya si penyanyi berbisik pada intro, lalu menyanyi dengan kencang pada bagian reff. Apabila kita mem balance musik dan vocal berdasarkan saat ref, maka ketika intro vocal tak akan kedengaran karena si penyanyi berbisik. Begitu juga apabila kita mem balance musik dan vocal berdasarkan saat intro, maka saat ref musik akan tertutup karena si vocalist menyanyi dengan kencang / berteriak.

Dengan menggunakan compressor, Sound Engineer dapat menstabilkan vocal tersebut sehingga dapat “masuk/menempel” dengan baik pada musik organ tunggal.

Utk rekaman, Compressor juga dapat digunakan “sebelum” signal masuk ke tape / hard disk. Utk aplikasi ini, Compressor berguna utk menjaga signal yang masuk agar tidak sampai terjadi digital clipping.

Yang masih termasuk dari kategori compressor antara lain:

Limiter: output nya konstan, tidak perduli besar kecil nya signal yang masuk / signal tak diperkenankan melewati threshold yang ada.

Brick Wall Limiter: Limiter yang banyak digunakan pada saat mastering untuk menaikkan volume keseluruhan dari sebuah material audio.

Frequency Selected Compressor: bekerja pada satu band frequency yang telah ditentukan. Contoh nya adalah deesser. Deesser bekerja pada frequency sekitar 5 – 8 kHz dan berguna utk menekan bunyi desis pada vocal

Multi Band Compressor: Banyak digunakan utk mastering. Bisa kita bayangkan sebagai beberapa compressor dijadikan satu. Yang mana tiap2 compressor menangani frekuensi atau bandwith yang berbeda secara independent. Tiap bandwith dapat memiliki settingan attack, release , ratio dan threshold yang berbeda juga. Misalnya kita memiliki MBC yang dibagi 3, maka dapat di set: satu untuk meng-compress frequency rendah, satu utk mid, dan satu utk high frequency.

Apabila digunakan dengan baik dan benar, sebagian besar pendengar yang awam tak akan menyadari bahwa compressor telah digunakan. Telinga manusia cenderung lebih peka terhadap perubahan pitch daripada perubahan amplitude.

Umumnya, sound engineer mengerti musik. Tentu nya anda mengerti, selain nada dan irama, perubahan dinamika atau keras lembut nya sebuah lagu sangat mempengaruhi keindahan dari lagu tersebut. Apalagi utk lagu klasik. Nah, inilah yang akan kita coba pertahankan.

Secara garis umum ada 5 buah parameter yang dapat di adjust, yaitu: threshold, ratio, attack time, release time, dan output/gain. Dari ke 5 parameter ini, saya akan membagi nya menjadi dua bagian yaitu, threshold dan ratio. Selanjutnya adalah attack time dan release time. Pertama-tama kita membahas soal threshold dan ratio.

Yang pertama adalah threshold. Threshold adalah satu point dimana apabila sebuah signal melewati titik ini, maka si compressor akan mulai bekerja. Anda lah yang menentukan threshold ini. Sebagai contoh, apabila threshold di set pada -20 dB, maka semua signal yang melewati -20 dB akan di proses. Signal yang tak melewati tak akan di proses.

Parameter yang kedua adalah ratio. Singkatnya, ratio adalah perbandingan atau jumlah dari kompresi yang akan dikenakan kepada signal audio yang melewati batas threshold. Misalkan ratio di set pada perbandingan 3:1 dan threshold -20 dBFS. Apabila signal berada pada -14, berarti melewati threshold dengan jumlah 6 dB. Lalu akan di kompress dengan perbandingan 3:1. Maka akan kita dapat hasil 2. Nah ini yang kita tambahkan pada threshold kita yang -20 tadi. Hasil akhir nya adalah -18 dB.

Kita telah membahas berulang kali soal dB ini, mungkin anda bertanya-tanya, berapa dB kah kompresi yang baik itu? Sebagai jawaban nya, tergantung selera dan jenis musik yang sedang anda mixing. Tapi, ada patokan nya yaitu: apabila anda sudah mengkompress sebesar 6 dB, maka di persepsikan itu adalah setengah dari keras nya suara sebelum di kompress. Utk lebih jelas nya perhatikan tabel pada bagian bawah artikel ini.

Parameter kita yang ketiga, adalah attack time. Attack time menentukan berapa lama nya si compressor “menunggu sebelum mulai bekerja” setelah ia mendeteksi ada nya signal yang melewati threshold. Seperti kita lihat pada gambar diatas, setiap instrument memiliki “Sound Envelope” yang berbeda. Jika attack time anda set “fast”, maka compressor akan melihat dan bereaksi pada hampir setiap signal yang melewati threshold.

Contoh nya saat kita gunakan compressor pada track drum. Apabila attack time di set cepat, maka compressor akan bereaksi terhadap setiap pukulan drum. Ketika anda merubah attack time to “slow”, maka compressor tak akan bereaksi terhadap signal berdurasi pendek.

Parameter kita yang ke empat, adalah release time. Release time menentukan berapa lama nya si compressor “menunggu sebelum berhenti bekerja”  setelah ia mendeteksi bahwa signal audio sudah tak lagi berada di atas threshold. Bisa juga diartikan waktu nya sebelum compressor kembali ke normal (sebelum dia bekerja)

Parameter yang ke lima adalah make up gain, atau output. Ketika sebuah signal di compress, maka otomatis amplitude nya akan berkurang. Output ini berguna untuk menambah “Gain” dari signal audio anda yang sudah di kompress.

Beberapa Compressor memiliki settingan yang disebut Hard Knee atau Soft Knee. Perbedaan nya adalah, pada Hard Knee, ketika signal masih di bawah threshold, sama sekali tidak di compress. Begitu melewati threshold, maka compressor langsung bekerja. Pada soft knee, ketika signal mulai mendekati threshold maka compressor nya mulai bekerja.

Beberapa kesalahan yang banyak ditemui pada saat setting compressor:

Threshold nya di set ke 0

Ratio di set ke 1

Attack terlalu besar saat meng-compress instrument perkusi

Cara cepat utk mengeset compressor:

Set Ratio 3:1

Set Attack Time 12 ms, Release Time 50 ms atau Auto

Perlahan-lahan turunkan threshold nya sehingga didapat Gain Reduction antara 4 s/d 8 dB ( Tergantung jenis instrument nya )

Panduan menentukan parameter compressor:

Jenis instrument dipakai untuk menentukan attack dan release Time

Teknik bermain atau dynamic range dipakai untuk menentukan ration dan gain reduction

Panduan perbandingan dB saat meng-compress dan mixing:

+1 dB artinya bertambah 12%

+3 dB artinya bertambah 40%

+6 dB artinya dua kali lipat lebih kencang ( bertambah 100% )

-1 dB artinya 90% dari original SPL

-3 dB artinya 70% dari original SPL

-6 dB artinya setengah dari original SPL


Jumat, September 12, 2008

Onedisc sound

Equalizer secara umum dapat dibagi dua, yaitu graphic dan parametric. Graphical EQ banyak dipakai pada Equalizer rumahan, sedangkan yang banyak kita pakai dalam dunia audio engineering adalah parametric EQ.

Parametric EQ memiliki tiga buah parameter yang dapat disetel yaitu:

Center frequency : Frequency tengah yang ingin anda cut / boost

Gain : jumlah cut / boost dalam satuan dB

Q Factor : Lebar atau sempit nya bandwith dari frequency yang di cut / boost

Q factor: semakin tinggi angka nya, semakin sempit frequency yang terkena. Semakin rendah Q nya, semakin lebar frequency yang kena.

Selain Bell Shape EQ yang dapat kita tentukan Q nya, kita mengenal juga yang namanya Shelving EQ. Pada shelving EQ, bandwith dan center frequency tidak lagi relevan. Sebagai ganti nya f di deskripsikan sebagai cut-off frequency, dan g adalah slope nya.

Low Shelf EQ: Semua frequency dibawah f yang kita tentukan akan terkena boost / cut

High Shelf EQ: Semua frequency diatas f yang kita tentukan akan terkena boost / cut

High Pass EQ: Semua frequency dibawah f yang kita tentukan akan dipotong / dibuang.

Low Pass EQ: Semua frequency diatas f yang kita tentukan akan dipotong / dibuang.

EQ sebaiknya digunakan sesudah proses tracking. Artinya, pada saat merekam suatu suara, baik itu vocal, atau gitar, dianjurkan untuk tidak meng EQ nya terlebih dahulu. Biasakanlah untuk mencari sound yang terbaik pada saat merekam. Mungkin dengan merubah letak microphone, mengganti microphone nya, atau alat musik nya. Yang harus diingat, anda tak dapat mem boost/cut apa yang tidak ada dari awal nya.

Low Cut Filter: Digunakan ketika merekam vocal dengan jarak dekat. Karena ada nya proximity Effect, juga menjaga getaran2 spt dari kaki, AC, dll nya.

Apabila anda terpaksa meng EQ lebih dari 9 dB, apabila mungkin, cobalah untuk merubah posisi microphone atau men tune alat musik anda untuk mendapatkan sound yang diinginkan.Apabila anda kebagian job mixing sementara orang lain yang men track nya, maka anda mau tak mau terpaksa menggunakan EQ. Dalam hal inicobalah untuk menghindari penggunaan lebih dari 9 dB. Penggunaan EQ, terutama saat mem boost nya, memiliki efek samping yaitu phase shifting. Lebih baik utk meng cut, karena efek samping nya tidak sebesar mem boost.

Gunakan “cut” utk menghilangkan frequency yg bermasalah atau membuat sound menjadi lebih baik. Gunakan “boost” utk merubah warna dari sound.

Natural EQ

Asli nya di alam, frequency yang ber energy rendah adalah high frequency. Jadi nya pada jarak yang jauh, yang pertama kali hilang adalah high frequency nya. Sebagai contoh: Apabila kita mendengar suara drum dari ruangan sebelah, suara kick drum ( low frequency )dapat menembus tembok karena memiliki energy lebih dibandingkan dengan suara cymbal ( High Frequency ). Teori ini kita pergunakan sewaktu mixing dan ingin membuat beberapa instrument terdengar lebih jauh.

Penggunaan EQ

Penggunaan EQ sebenarnya dapat menurunkan kualitas dari sound. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk mencari sound yang diinginkan dari awal nya. Ingatlah bahwa anda tak dapat meng-cut atau boost frequency yang tidak ada dari awal nya. Sebagai contoh, apabila seseorang menaruh bantal diantara beater kick drum dan microphone, maka bagaimanapun anda mem-boost atau meng-cut frequency, maka tetap tak akan mendapatkan sound yang diinginkan.

Jangan meng EQ instrument utk menjadikan nya terdengar enak dalam solo, tetapi bagaimana membuat instrument itu terdengar baik di dalam mix. Contoh nya: Full Range gitar solo terdengar enak waktu solo, tapi mungkin akan menabrak instrument lain nya dalam mix.

EQ biasa digunakan untuk:

Merubah warna dari sound

Memisahkan dua instrument yang frequency nya bertabrakan

Menyingkirkan frequency kotor yang mengganggu

Mastering


Frequency dapat dibagi atas:

Very Low yaitu dari sekitar 80 Hz kebawah

Low sekitar 80 Hz - 350 Hz

Low Midrange sekitar 350 Hz - 2 kHz

High Midrange sekitar 2 kHz - 6 kHz

High yaitu sekitar 6 kHz keatas

 

Penggunaan EQ untuk pemula:

G nya tidak melebihi 9 dB

Q nya berkisar sekitar 1.5

Frequency dibawah 150 Hz gunakan Low Shelf EQ

Frequency diatas 8 kHz gunakan High Shelf EQ

Apabila mungkin cobalah untuk mixing tanpa mempergunakan terlalu banyak EQ. Selain lebih hemat waktu, juga sound yang dihasilkan akan jauh terdengar lebih natural. Cobalah untuk terlebih dulu mixing sebaik-baik nya dengan hanya mengatur volume fader dan reverb. Mungkin sekali anda akan merasakan hasil yang natural dan terbuka (lebar).

Rabu, September 10, 2008

Onedisc sound

Line array system banyak sekali dipakai oleh sound rental company karena 2 keuntungan utama yang dapat dipetik dari sebuah line array:

- Mempunyai coverage angle yang spesifik, jadi suara dapat diarahkan dan diprediksi dengan lebih baik.

- Pada jarak tertentu, suara tidak mengikuti hukum "inverse square law", yg biasanya adalah pengurangan sebanyak 6 desibel setiap jarak dikalikan dua. Line array, sekali lagi pada batas jarak tertentu, hanya akan berkurang sebanyak 3 desibel per doubling of the distance.

Karena banyak dipakai di event2 komersial, maka ada anggapan bahwa line array adalah sistem speaker terbaik yang dapat diaplikasikan dimana saja dan kapan saja.

Utk sebuah sistem supaya dpt dikategorikan sebagai sebuah line array, bukan bergantung dengan bentuknya saja yang memanjang. Tetapi ada hukum2 yang harus dipatuhi. Banyak pabrikan line array yang karena trend pasar, mengeluarkan ¡§line array-line array¡¨ an. ƒº

Utk sebuah sound system supaya dapat bekerja dengan baik di sebuah ruangan, banyak hal2 yang harus diperhatikan sebelum menentukan sistem speaker mana yang cocok (system design principle). Ada 2 buah system loudspeaker: line array system dan apa yang biasa disebut ¡§Point and shoot¡¨ system.

Bentuk ruangan sangat menentukan system mana yang cocok. Contohnya adalah: Line array mempunyai horizontal coverage yang fixed, jadi agak kurang cocok kalau misalkan ruangan itu melebar. Jika ruangan mempunyai panjang yang ¡§pendek¡¨, akan terjadi reflection yang cukup dominan kea rah panggung.

Banyak saya melihat implementasi line array yg salah dimana utk sebuah ruangan yang melebar, line array di tempatkan di extreme kiri dan kanan. Ini kebanyakan dikarenakan org2 tidak memahami limitasi, atau keuntungan line array tersebut dan masih mengacu kepada system conventional ¡V point and shoot. Kalau line array ditempatkan di extreme kiri kanan, yang terjadi adalah ¡§lubang¡¨ di tengah-tengah dimana coverage tidak menjadi rata.

Line array yang benar pengimplementasiannya, akan memberikan berbagai keuntungan yang bermanfaat. Tetapi, tetap harus mendahulukan faktor2 akustik yg mendukung. Seperti yang saya sebutkan diatas: Slap back kearah panggung adalah masalah yang sangat umum untuk system line array. Jadi harus disiapkan akustik treatment untuk phenomena ini.

Line array adalah soal pattern control, dan untuk mendapatkan tight pattern control dibutuhkan ¡§height¡¨ atau panjang vertical line. Jadi semakin panjang line array tersebut, semakin tight pattern control yang didapatkan. Makanya pabrikan line array selalu merekomendasikan bahwa line array yg benar implementasinya adalah line array yang paling sedikit mempunyai panjang/ height minimal 4 box. Line array yang benar2 line array, kadang harganya juga ¡§benar¡¨. ƒº

Saya tidak pro maupun kontra dalam masalah line array. Yang mau saya tekankan adalah, semoga interior designer mengerti system principle dasar yang perlu dijalani sebelum menentukan sistem speaker mana yang paling cocok untuk venue tersebut. Setiap system mempunyai kelemahan dan juga kelebihan. Kalau masalah out of date, loudspeaker adalah merupakan teknologi lama. Sampai sekarang, sangat sedikit perubahan yang terjadi untuk sebuah sound system. Line array pun bukan merupakan sebuah teknologi baru, hanya karena trend saja sekarang menjadi ¡§in¡¨. Yang bisa menjadi out of date adalah antara teknologi analog dan teknologi digital untuk misalkan perangkat mixer. Sudah bukan rahasia lagi bahwa, mixer akan semakin digital.

Masalah bagus atau tidak, itu juga sangat subjektif. Tapi memang suara bagus itu sangat bergantung dengan pengalaman, pengetahuan, dan pengimplementasian yang benar.

Onedisc sound

Sound sistem merupakan bagian vital dalam sebuah pertunjukkan musik modern, walaupun dalam hal ini seringkali kita mengabaikannya. Anda mungkin sebagai seorang manager pertunjukan perlu mencari seorang professional yang bertanggung jawab untuk mengatur hal ini. Tetapi dalam kenyataannya, seorang professional yang cakap dalam menangani sound system tidaklah selalu tersedia. Pada akhirnya tanggung jawab tersebut dialihkan ke orang yang tidak secara khusus dapat menangani sound system seperti misalnya pemain musik. Anda berpikir bahwa orang tersebut dapat menanganinya sama halnya ketika anda memasang beberapa peralatan sound system hi-fi rumah dan anda mendapatkan suara yang jernih. Anda tinggal membeli beberapa mikrofon dan speaker selanjutnya pertunjukkan dapat dimulai. Anda juga berharap bahwa pertunjukkan tersebut pasti dapat direkam dengan baik.

Sayangnya dalam merangkai seperangkat sound system dalam sebuah pertunjukkan tidaklah sesederhana itu. Memang dalam hal ini tidaklah sesulit kelihatannya, namun ketika anda datang ke sebuah toko audio, ada banyak pilihan yang dapat membuat anda bingung.

Ketika anda ditanya mikrofon jenis apa yang anda perlukan, Cardioid atau Dynamic? Speaker jenis apa yang anda inginkan, Low Impedance atau High Impedance? Anda sangat sulit untuk menjawabnya, karena anda tidak mengerti akan hal itu.

Dengan sedikit pedoman dasar, anda bisa mempelajari apa yang anda perlukan, bagaimana caranya untuk menrangkainya, hingga akhirnya anda mengetahui bagaimana sound system yang telah anda beli dapat menghasilkan suara yang baik baik dalam pertunjukkan maupun ketika dalam proses perekaman.

Yang perlu diperhatikan sebagai dasar dalam proses perekaman adalahketika terjadi umpan balik (feedback), juga sifat akustik di ruang rekaman tersebut.

Banyak berbagai jenis mikrofon dan mixer yang mungkin untuk dipilih dalam proses perekaman, sama halnya dengan sistem penguatan suara untuk pertunjukkan uang “live”. Jika suara terdengar baik oleh anda, itu sudah sebuah langkah yang bagus. Dan menjadi modal dasar untuk menjadi lebih baik dan akhirnya menghasilkan suara yang excellent. Sedikit pengetahuan dan beberapa logika akan membantu anda memilih sistem baik dengan anggaran yang cukup dan menghindari kekecewaan.

Onedisc sound

Pemasangan sound system untuk pertunjukan dan rekaman mempunyai dua komponen utama yaitu: mikropon dan mixer. mikropon digunakan ke mencuplik suara sedangkan mixer digunakan untuk menggabungkan semua sinyal tersebut. Sinyal yang keluar dari mixer dihubungkan dengan amplifier. Amplifier akan menguatkan sinyal tersebut untuk diberikan ke speaker. Speaker kemudian akan mengubah sinyal tersebut menjadi gelombang akustik sebagai bunyi.

Kemudian dalam sistem tata suara juga terdapat prosesor yang pada umumnya dihubungkan diantara mixer dan amplifier. Prosesor digunakan untuk meningkatkan kualitas sinyal audio. Prosesor yang paling umum digunakan yaitu equaliser, effect, dan kompresor. Equaliser pada dasarnya merupakan kumpulan pengontrol nada yang dapat mempertinggi atau meredam frekuensi sinyal audio secara spesifik. Effect digunakan untuk memberikan special efek bunyi, seperti reverb (suara bergaung) dan delay (memberikan penundaan sinyal). Kompresor mengatur level sinyal yang bervariasi. Sinyal yang terlalu kuat hingga melewati batas yang diberikan pada kompresor akan diredam. Dalam hal ini, kompresor dapat membantu mencegah kerusakan pada speaker.